Sabtu, 28 November 2009

A. Pengertian SIG

Pernahkah Anda sebelumnya mendengar atau membaca istilah SIG? Sebagai awal pemahaman beberapa orang pakar telah mencoba memberikan definisi mengenai SIG ini. Tetapi bila disimak, definisi tersebut satu sama lain saling melengkapi dan memiliki pengertian yang hampir sama.

Berikut ini, beberapa definisi SIG menurut para ahli:
1. Menurut Aronaff, 1989.
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.


2. Menurut Barrough, 1986.
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.


3. Menurut Marble et al, 1983.
SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.


4. Menurut Berry, 1988.
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.


5. Menurut Calkin dan Tomlison, 1984.
SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.


6. Menurut Linden, 1987.
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.


7. Menurut Petrus Paryono.
SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa:

SIG merupakan pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).



Berdasarkan uraian materi yang telah Anda baca, definisi SIG menurut Aronaf (1989), yaitu....

2. Pengelolaan Sistem Informasi Geografi (SIG)

Setelah Anda memahami pengertian SIG, sekarang Anda akan mempelajari pengelolaan SIG. Dalam pengelolaan SIG ini, yang akan dibahas meliputi, sumber informasi geografi, komponen-komponen SIG dan cara mengelola informasi geografi. Sekarang kita mulai dengan mempelajari sumber informasi geografi.

Sumber Informasi Geografi

Sumber informasi geografi selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu (bersifat dinamis), sejalan dengan perubahan gejala alam dan gejala sosial. Dalam geografi, informasi yang diperlukan harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki ilmu lain, yaitu:
1. Merupakan pengetahuan (knowledge) hasil pengalaman.
2. Tersusun secara sistematis, artinya merupakan satu kesatuan yang tersusun secara berurut dan teratur.
3. Logis, artinya masuk akal dan menunjukkan sebab akibat.
4. Objektif, artinya berlaku umum dan mempunyai sasaran yang jelas dan teruji.

Selain memiliki ciri-ciri tersebut di atas, geografi juga harus menunjukkan ciri spasial (keruangan) dan regional (kewilayahan). Aspek spasial dan regional merupakan ciri khas geografi, yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain.

Karena geografi merupakan kajian ilmiah mengenai gejala alam dan sosial dari sudut pandang spasial dan regional, maka informasi geografi bersumber dari:


1. Gejala-gejala litosfer

Gejala-gejala ini meliputi relief dan topografi, jenis tanah dan batuan, serta sistem pelapisan batuan. Contoh informasi geografi yang berasal dari gejala litosfer lihat gambar di bawah ini.


Keterangan gambar 5.1.
Peta di atas berjudul: Persebaran tanah di Indonesia. Peta tersebut menggambarkan tentang persebaran jenis tanah di Indonesia berdasarkan proses terjadinya.

Berdasarkan keterangan peta:
a. putih, tanah vulkanik yaitu tanah ini banyak dipengaruhi oleh vulkanik (letusan gunung api).
b. agak hitam, tanah non vulkanik yaitu tanah yang terbentuk pada zaman tertier (akibat pelapukan).
c. hitam, tanah rawa (aluvial) yaitu tanah yang terbentuk dari hasil sedimentasi (pengendapan), umumnya berada di kawasan pantai landai.



2. Gejala-gejala hidrosfer

Gejala-gejala ini meliputi peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kawasan perairan, baik perairan darat maupun perairan laut, yang menyangkut bentuknya, sifatnya serta fenomena lain tentang perairan. Contoh informasi geografi yang berasal dari gejala hidrosfer, lihat gambar berikut ini.


Keterangan gambar 5.2.
Judul peta:
Daerah dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul. Peta tersebut menggambarkan tentang daerah dangkalan di Indonesia yaitu dangkalan Sunda di sebelah Barat dan dangkalan Sahul di sebelah Timur. Dangkalan adalah laut yang kedalamannya kurang dari 200 meter, merupakan relief dasar laut yang menurun perlahan-lahan (landai) mulai dari pantai ke arah tengah lautan.

Berdasarkan keterangan peta:
a. agak hitam, daerah dangkalan Sunda yaitu meliputi laut-laut dangkal yang berada di sekitar laut Sumatera, Jawa dan Kalimantan, serta pulau-pulau kecil di sekitar ketiga pulau tersebut.
b. hitam, daerah dangkalan Sahul yaitu meliputi laut-laut dangkal yang berada di sekitar pulau Irian dan pulau-pulau kecil di sekitar pulau Irian.
3. Gejala-gejala atmosfer

Gejala ini berkaitan dengan informasi tentang cuaca dan iklim, termasuk unsur-unsurnya dan faktor yang mempengaruhinya. Contoh informasi geografi yang berasal dari gejala atmosfer, perhatikan gambar 5.3.


Keterangan gambar 5.3.
Peta di atas meng-gambarkan persebaran curah hujan berdasarkan besarnya curah hujan (dalam milimeter) dalam setahun untuk wilayah Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Untuk membedakan besar curah hujan, silahkan lihat keterangan peta.


4. Gejala-gejala biosfer

Gejala biosfer berkaitan dengan tumbuhan, hewan dan manusia, yang sangat dipengaruhi oleh unsur litosfer, hidrosfer dan atmosfer. Contoh informasi geografi yang berasal dari gejala biosfer adalah persebaran sumber daya alam hayati (hidup) Indonesia, (lihat gambar 5.4).


Keterangan gambar 5.4.
Berdasarkan judul, peta di atas menggambarkan tentang persebaran sumber daya alam hayati (hidup) di Indonesia. Dari peta ini kita dapat mengetahui daerah mana saja di Indonesia yang banyak menghasilkan ikan tuna, kelapa, pala dan lainnya.


5. Gejala-gejala sosial budaya

Gejala ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Contoh gejala sosial budaya yang merupakan sumber informasi geografi, yaitu persebaran obyek wisata kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.


Keterangan gambar 5.5.
Peta di atas meng-gambarkan daerah-daerah obyek wisata yang terdapat di kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Contoh lain dari gejala-gejala sosial budaya adalah industri, perhubungan, pemukiman. Dengan kata lain gejala-gejala sosial budaya adalah kenampakan-kenampakan di permukaan bumi sebagai hasil buatan manusia.


Untuk memperoleh informasi (data), dilakukan survey (penelitian) baik melalui jelajah lapangan (pengamatan langsung objek), maupun melalui wawancara langsung maupun tidak langsung (menggunakan angket). Tetapi jelajah lapangan mengalami banyak kendala (hambatan), yaitu biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan sulit menjangkau medan. Semua kendala ini dapat diatasi dengan memanfaatkan teknik penginderaan jauh, yaitu pemotretan dari udara.


Setelah Anda membaca dan mempelajari materi di atas, cobalah lengkapi tebel berikut ini dengan memberi tanda cek (V).
2 Lengkapilah tabel di bawah ini dengan memberi tanda cek (v).

No.
Informasi geografi
Litosfer
Hidrosfer
Atmosfer
Biosfer
Sos-bud
1.
2.
3.
4.
5.
Penyebaran lokasi industri.
Pola aliran sungai.
Penyebaran hewan di Indonesia.
Tekanan udara.
Penyebaran hasil tambang.





D. Cara Mengelola Informasi Geografi

Anda telah memahami komponen-komponen dalam SIG. Sekarang marilah kita bahas mengenai bagaimana cara mengelola informasi geografi. Secara umum proses SIG terdiri atas tiga bagian (subsistem), yaitu subsistem masukan data (input data), manipulasi dan analisis data, menyajikan data (output data). Baiklah kita akan membahasnya satu persatu dari ketiga subsistem tersebut.

1. Subsistem masukan data (input data)

Subsistem ini berperan untuk memasukkan data dan mengubah data asli ke bentuk yang dapat diterima dan dipakai dalam SIG. Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data digital, sebelum dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan dengan peta (garis, area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan pengambilan kembali lebih cepat. Ada dua macam data dasar geografi, yaitu data spasial dan data atribut.
a. Data spasial (keruangan), yaitu data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempattempat di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto udara dan penginderaan jauh dalam bentuk cetak kertas.
b. Data atribut (deskriptis), yaitu data yang terdapat pada ruang atau tempat. Atribut menjelaskan suatu informasi. Data atribut diperoleh dari statistik, sensus, catatan lapangan dan tabular (data yang disimpan dalam bentuk tabel) lainnya. Data atribut dapat dilihat dari segi kualitas, misalnya kekuatan pohon. Dan dapat dilihat dari segi kuantitas, misalnya jumlah pohon.

Data spasial dan data atribut tersimpan dalam bentuk titik (dot), garis (vektor), poligon (area) dan pixel (grid). Data dalam bentuk titik (dot), meliputi ketinggian tempat, curah hujan, lokasi dan topografi. Data dalam bentuk garis (vektor), meliputi jaringan jalan, pipa air minum, pola aliran sungai dan garis kontur. Data dalam bentuk poligon (area), meliputi daerah administrasi, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan tanah. Data dalam bentuk pixel (grid), meliputi citra satelit dan foto udara.

Data dalam bentuk titik, garis dan poligon silahkan lihat gambar 5.8. Sedangkan data dalam bentuk pixel, silahkan lihat gambar 5.9.



Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari tiga sumber, yaitu data lapangan (teristris), data peta dan data penginderaan jauh. Berikut ini akan dibahas satu per satu mengenai data dasar tersebut.
1) Data lapangan (teristris)
Data teristris adalah data yang diperoleh secara langsung melalui hasil pengamatan di lapangan, karena data ini tidak terekam dengan alat penginderaan jauh. Misalnya, batas administrasi, kepadatan penduduk, curah hujan, jenis tanah dan kemiringan lereng.
2)

Data peta
Data peta adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam SIG yang diperoleh dari peta, kemudian diubah ke dalam bentuk digital. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 5.10.

3) Data penginderaan jauh Data ini merupakan data dalam bentuk citra dan foto udara. Citra adalah gambar permukaan bumi yang diambil melalui satelit. Sedangkan foto udara adalah gambar permukaan bumi yang diambil melalui pesawat udara. Informasi yang terekam pada citra penginderaan jauh yang berupa foto udara atau radar, diinterpretasi (ditafsirkan) dahulu sebelum diubah ke dalam bentuk digital. Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam bentuk digital, langsung digunakan setelah diadakan koreksi seperlunya. Gambar 5.11. adalah contoh data hasil penginderaan jauh.
Gambar 5.11. ini adalah citra penginderaan jauh dari satelit Systeme Probatoire de I’ Observation de la Terra (SPOT), salah satu satelit penginderaan jauh milik Perancis. Citra ini memperlihatkan permukaan bumi daerah Jepara, Jawa Tengah yang diambil (difoto) melalui satelit SPOT.

Gambar 5.11. Citra spot daerah Jepara,
Jawa Tengah.

Data penginderaan jauh dan data teristris dimasukkan ke dalam SIG, kemudian disajikan ke dalam bentuk peta, grafik, tabel, gambar, bagan, atau hasil perhitungan.


2. Subsistem manipulasi dan analisis data

Subsistem ini berfungsi menyimpan, menimbun, menarik kembali data dasar dan menganalisa data yang telah tersimpan dalam komputer. Ada beberapa macam analisa data, antara lain:
a. Analisis lebar, menghasilkan daerah tepian sungai dengan lebar tertentu (lihat gambar 5.12).
Analisis lebar adalah analisis yang dapat menghasilkan gambaran daerah tepian sungai dengan lebar tertentu. Kegunaannya antara lain untuk perencanaan pembangunan bendungan sebagai penang-gulangan banjir.
b. Analisis penjumlahan aritmatika (arithmetic addition) menghasilkan penjumlahan. Analisis ini digunakan untuk menangani peta dengan klasifikasi, hasilnya menunjukkan peta dengan klasifikasi baru. Untuk lebih jelas lihat gambar 5.13.

Perhatikan gambar 5.13. Dalam analisis penjumlahan peta 1 dan peta 2 dijumlahkan menghasilkan peta 3.

Contoh analisis penjumlahan aritmatika.

Peta 1 adalah peta lereng dengan tiga klasifikasi.

Kelas
Klasifikasi
1.
2.
3.
datar
landai
agak curam

Peta 2 adalah peta vegetasi (tanaman) dengan tiga klasifikasi.

Kelas
Klasifikasi
1.
2.
3.
padi
palawija
jagung

Setelah dilakukan analisis penjumlahan aritmatika, didapat peta dengan klasifikasi baru yaitu:

Peta 3 adalah peta lereng dan vegetasi (tanaman) dengan 7 klasifikasi.

Kelas
Klasifikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Datar dengan tanaman padi.
Datar dengan tanaman palawija.
Landai dengan tanaman padi.
Landai dengan tanaman palawija.
Landai dengan tanaman jagung.
Agak curam dengan tamanam padi.
Agak curam dengan tenaman jagung.
c.

Analisis garis dan bidang, dapat digunakan untuk menentukan wilayah dalam radius tertentu. Misalnya, daerah rawan banjir, daerah rawan gempa dan daerah rawan penyakit. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini!

Perhatikan gambar 5.14. Peta 1 adalah daerah aliran sungai (DAS) dan peta 2 adalah daerah yang selalu dilanda banjir.

Dari kedua data itu (garis dan bidang dilakukan analisis, menghasilkan peta 3. Peta 3 adalah daerah rawan banjir dengan radius tertentu (digambarkan dengan lingkaran).



3. Subsistem penyajian data (output data)

Subsistem output data berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai hasil analisis data dalam proses SIG. Informasi tersebut ditayangkan dalam bentuk peta, tabel, bagan, gambar, grafik dan hasil perhitungan. Gambar 5.15 dan 5.16 adalah contoh hasil output data yang ditayangkan sebagai informasi geografi hasil analisis data dalam proses SIG.

Gambar 5.15. Hasil output data yang menunjukkan
potensi aliran permukaan di DAS Pheasant Branch di
Wisconsin (Amerika Serikat). Makin gelap simbol, makin
tinggi potensi aliran sungainya.
Gambar 5.16. Hasil output data yang menunjukkan
daerah potensi erosi tanah di DAS Pheasant Branch di
Wisconsin (Amerika Serikat). Makin gelap simbol, makin
tinggi potensi erosinya.

Anda telah membaca dan mempelajari uraian mengenai cara mengelola informasi geografi. Bila telah benar-benar memahaminya, silahkan kerjakan latihan berikut ini.

4 Beri tanda cek (V) untuk bentuk penyimpanan data yang tepat dari data dasar geografi berikut ini.

No.
Jenis Data Dasar
Titik
Vektor
poligon
Pixel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Citra satelit
Daerah administrasi
Ketinggian
Garis kontur
Lokasi
Jalan raya
Foto udara




Anda telah berhasil mempelajari dan memahami materi kegiatan 1 dengan baik. Sekarang silahkan Anda cocokkan jawaban latihan 1, 2, 3 dan 4 yang telah Anda kerjakan dengan kunci jawaban yang ada. Setelah itu mulailah kerjakan soal-soal tugas kegiatan 1 di akhir kegiatan ini.



2. Manfaat SIG dalam Perencanaan Pola Pembangunan

SIG tidak hanya penting bagi pakar geografi, tetapi juga bagi pakar perencana pembangunan dan perencana penataan ruang. Perencana atau penata ruang dengan berpola SIG tidak hanya melihat dari sudut lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan sosial, ekonomi dan kependudukan. Dalam penataan ruang, SIG bermanfaat sebagai acuan perencanaan pembangunan, agar pembangunan dapat terencana lebih awal dan tidak tumbuh semrawut (tidak teratur) serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Berikut ini contoh manfaat SIG dalam perencanaan pola pembangunan.

a.

Pembangunan waduk PLTA Saguling
Dilihat dari lingkungan fisiknya, lokasi proyek PLTA Saguling sangat potensial dibangun waduk (bendungan) raksasa.
Pernahkah Anda melihat waduk?

Dengan SIG, pembangunan waduk tidak hanya memperhatikan faktor kecocokan fisik saja, tetapi juga faktor-faktor sosial ekonomi penduduk di sekitar proyek tersebut. Dengan dibangunnya waduk raksasa, pola kehidupan masyarakat yang sebelumnya serba darat akan berubah menjadi pola kehidupan darat dan air.

Melalui perencanaan yang matang, masyarakat harus dibina:
- cara dan teknik keselamatan transportasi melayari waduk.
- cara dan teknik pemanfaatan waduk sebagai sumber penghidupan (perikanan terapung).
- cara dan teknik membuat alat-alat penunjang sumber kehidupan dan teknik pemanfaatannya, contohnya keramba, makanan ikan dan jarak keramba dengan keramba lainnya.

Peta lokasi dan situasi proyek Saguling hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci dalam perencanaan pembangunan PLTA tersebut. Dengan informasi SIG pembangunan waduk Saguling juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya.

b.

Pemekaran Kota Bandung
Perluasan kota terutama di Jawa terus tumbuh, sehingga perluasan lahan tidak dapat dihindari. Pemekaran kota di Jawa, terutama akibat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk dari luar Jawa ke Jawa. Salah satu kota yang mengalami pemekaran di antaranya Kotamadya Bandung (lihat gambar 5.23).

Wilayah Kotamadya Bandung dengan luas 8.098 hektar, tidak mampu lagi menampung penduduk sejumlah 1,5 juta jiwa. Sementara arus urbanisasi dari daerah belakangnya (sekitarnya) terus mengalir. Permukiman kumuh (slum area) yang semakin meluas dan kemacetan lalu-lintas menambah kesemrawutan kota, karena itu usaha pemekaran kota tidak dapat dihindari. Bertambahnya luas Kota Bandung dari 8.098 hektar menjadi sekitar 17.000 hektar tentu disertai dengan perencanaan tata ruang. Penataan ruang tentu berkaitan dengan pembangunan sarana dan fasilitas fisik, sosial, ekonomi dan kependudukan.

Peta hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci bagi pakar perencana dan penata ruang tersebut. Sehingga tercipta tata ruang yang dinamis dan tetap memelihara kelestarian lingkungan hidup.

3. Manfaat SIG dalam Bidang Sosial

Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan, SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidang sosial SIG dapat dimanfaatkan pada hal-hal berikut:
a. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.
b. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya.
c. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.
d. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.
e. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.

Berikut ini disajikan beberapa peta hasil SIG yang dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial.

Dari peta tersebut dapat diketahui daerah mana saja di Jawa ini yang kepadatan penduduknya tinggi.

Dari gambar 5.25 dapat diketahui daerah di Indonesia yang memiliki jaringan transportasi terpadat, dan kemungkinan pengembangan jaringan transportasi di daerah yang jaringan transportasinya masih kurang.

Dari gambar 5.26 dapat diketahui wilayah Indonesia yang industrinya banyak dan kemungkinan pengembangannya di wilayah yang masih kurang, sehingga industri di Indonesia tidak terpusat di satu tempat saja.

Berdasarkan gambar 5.27 dapat diketahui persebaran pariwisata di Indonesia, dan kemungkinan pengembangannya di wilayah lain.

Anda telah membaca dan mempelajari manfaat SIG, sekarang cobalah kerjakan latihan berikut ini!

1 Beri tanda cek (.) untuk manfaat SIG yang sesuai dengan bidangnya.

No.
Manfaat SIG
Bidang sumber
daya alam
Bidang tata
ruang
Bidang sosial
1.
2.
3.
4.
5.
Mengetahui persebaran penduduk.
Memantau luas wilayah bencana alam.
Merencanakan proyek berwawasan lingkungan.
Pendataan kawasan industri.
Merencanaan pembangunan.

4. Keuntungan SIG dengan menggunakan Komputer

Anda telah memahami manfaat SIG, sekarang marilah kita bahas keuntungan SIG dengan menggunakan komputer.

Mengapa penyajian data dalam SIG menggunakan komputer? Alasannya adalah, karena penyajian data geografi secara manual memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Di samping itu, ketelitian informasi yang kita peroleh dengan cara manual tergantung pada ketelitian si pembuat peta yang sangat relatif (tingkat ketelitiannya diragukan), sehingga dengan cara manual kita tidak dapat memperoleh informasi secara tepat dan teliti.

Dalam mengkaji persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi dari sudut pandang keruangan dan kewilayahan, geografi memerlukan informasi yang cepat, tepat dan akurat (terhindar dari kesalahan) tentang gejala-gejala tersebut.

Untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat, diperlukan alat bantu untuk menganalisis data yang diperlukan. Alat bantu tersebut merupakan suatu sistem, yang mampu menangani data geografi secara cepat, tepat dan akurat, yaitu dengan sistem komputer.

Selain diperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat, keuntungan SIG dengan menggunakan komputer adalah:

  1. Mudah dalam mengolah.
  2. Pengumpulan data dan penyimpanannya hemat tempat dan ringkas (berupa disket).
  3. Mudah diulang kalau sewaktu-waktu diperlukan.
  4. Mudah diubah kalau sewaktu-waktu ada perubahan.
  5. Mudah dibawa, dikirim dan ditransformasikan (dipindahkan).
  6. Aman, karena dapat dikunci dengan kode atau manual.
  7. Relatif lebih murah dibandingkan dengan survey lapangan.
  8. Data yang sulit ditampilkan secara manual, dapat diperbesar bahkan dapat ditampilkan dengan gambar tiga dimensi.
  9. Berdasarkan data SIG dapat dilakukan pengambilan keputusan dengan tepat dan cepat.

Terima kasih Anda telah selesai mempelajari materi kegiatan 2. Berarti Anda telah berhasil mempelajari modul lima dengan baik. Sebelum Anda lanjutkan dengan menjawab soal-soal tes mandiri kegiatan 2 ini, cobalah cocokkan jawaban latihan 1 dan 2 ini, dengan kunci jawaban yang tersedia di akhir kegiatan ini. Setelah jawaban Anda benar-benar cocok dengan kunci jawaban, silahkan kerjakan tugas kegiatan 2 dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar