Dari Belajar Geografi
Langsung ke: navigasi, cari
Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang perkembangannya sangat pesat dan menjadi pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi perkembangan daerah-daerah di sekitarnya. Suatu wilayah dapat menjadi pusat pertumbuhan wilayah, apabila wilayah tersebut mempunyai berbagai aktivitas yang mampu mempengaruhi daerah sekitarnya. Pusat-pusat wilayah pertumbuhan tersebut dapat berupa wilayah kecamatan, kabupaten, kota, atau provinsi. Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi suatu proses interaksi dengan wilayah di sekitarnya.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Teori Tempat - Tempat Pertumbuhan
1.1 Teori Tempat Sentral
1.2 Teori Losch
1.3 Teori kutub pertumbuhan
1.4 Potensi daerah setempat
1.5 Konsep agropolitan
2 Materi lainnya mengenai Pusat Pertumbuhan
3 Sumber Informasi
[sunting] Teori Tempat - Tempat Pertumbuhan
Beberapa teori tentang pusat pertumbuhan yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut,
[sunting] Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral menyatakan bahwa lokasi pusat kegiatan harus terletak pada suatu kawasan yang memungkinkan peran serta penduduk dengan jumlah maksimal, baik yang terlibat dalam kegiatan pelayanan maupun yang menjadi konsumen. Teori ini dikemukakan oleh Christaller (N. Djaljoeni 1992), yang berusaha untuk menjawab lima pertanyaan yaitu:
Apakah prinsip-prinsip umum yang menentukan jumlah, besar, dan pemencaran permukiman manusia?
Apakah lokasi dari kota besar dan kota kecil hanya bersifat suatu kebetulan, atau lokasi kota-kota tersebut terpencar melalui sejarah tertentu?
Apakah lokasi kota-kota tersebut akibat dari kondisi geografis dan topografis tertentu atau akibat dari kepadatan penduduk?
Apakah ada sebab-sebab tertentu dari adanya aglomerasi pedesaan dan tumbuhnya kota-kota serta pusat-pusat metropolis?
Apakah ada faktor-faktor lain yang lebih fundamental dan organis selain faktorfaktor di atas?
Konsep yang digunakan oleh Christaller untuk menjawab pertanyan di atas ada dua macam yaitu jangkauan dan ambang.
Jangkauan adalah jarak yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan barang kebutuhanya.
Ambang adalah jumlah penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungannya suplai barang.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncullah istilah tempat yang sentral (Central Place Theory), yaitu suatu lokasi yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia yang jumlahnya besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya.
Menurut teori ini, tempat yang sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam. Daerah segi enam ini merupakan wilayah - wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.Skema tempat yang sentral (Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 124)Keterangan : Titik A, B, C, ... adalah tempat-tempat yang sentral; Daerah-daerah segi enam merupakan wilayah yang secara maksimum terlayani oleh tempat yang sentral
Christaller memandang suatu kota atau tempat sentral yang ideal berada di daerah dataran. Kota-kota tersebut menyajikan berbagai barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah sekelilingnya dengan membentuk suatu hierarki. Christaller menggambarkan wilayah-wilayah tersebut dengan memakai bentuk heksagonal.Perkembangan wilayah pasaran heksagonal serta hierarki tempat tinggal.
Gambar lingkaran-lingkaran di atas mencerminkan wilayah-wilayah pasaran yang saling tertindih. Christaller kemudian membelah bagian tersebut menjadi dua dengan garis lurus dengan tujuan supaya orang-orang yang berbelanja dapat memilih kota yang paling dekat dengan tempat tinggalnya. Dengan membayangkan adanya heksagonal-heksagonal itu lalu terciptalah apa yang disebut hierarki pemukiman serta wilayah pasaran. Terbentuknya suatu hierarki permukiman dan wilayah pasaran yang saling menyambung dan meluas lebih lanjut terjadi dalam lima tahap.Tahap pembentukan wilayah pasaran berpola heksagonal.
[sunting] Teori Losch
Teori ini di kemukakan oleh ekonom dari Jerman bernama Losch. Teori Losch merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller dengan menggunakan konsep yang sama yaitu ambang dan jangkauan.Gambar di atas merupakan bentuk dari beberapa pola yang berbeda sesuai yang disarankan oleh losch. Gambar tersebut mencerminkan progresi wilayah pasaran untuk berbagai barang dan jasa dengan ambang yang semakin meningkat. Masing-masing barang dan jasa terdapat diberbagai wilayah pasaran pada bentang lahan yang disusun dengan penumpukan di atas wilayah pasaran lainnya yang berbentuk heksagonal. Berdasarkan teori losch dapat disimpulkan bahwa suatu kota akan lebih cepat berkembang bila penduduknya padat dengan wilayah yang luas.Losch menggunakan jalur transportasi yang dinamakan dengan bentang lahan ekonomi. Dengan adanya sarana pengangkutan menyebabkan terjadi perkembangan wilayah di sekitar kota, sehingga akan terbentuk permukiman penduduk baik yang padat maupun yang karang.
[sunting] Teori kutub pertumbuhan
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) disebut juga sebagai teori pusat pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah di manapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat tertentu dengna kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya, atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.Setelah Perang Dunia Kedua (PD II) banyak negara-negara yang terlibat perang mengalami kemunduran ekonomi. Untuk membangun kembali negara dikembangkan konsep pembangunan wilayah atau kota yang disebut spread & trickling down (penjalaran dan penetesan) serta backwash & polarization. Konsep tersebut berasal dari pengembngan industri untuk meningkatkan pendapatan nasional kasar (Gros National Product = GNP). Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang diharapkan selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih banyak lagi melibatkan penduduk dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan. Namun demikian konsep ini kurang menunjukkan keberhasilan yang berarti. Karena cukup banyak kasus justru hanya menguntungkan kota. Kota yang diharapkan tadinya memberikan pengaruh kuat pula pada pedesaan untuk ikut berkembang bersama, kenyataannya pedesaan sering dirugikan, sehingga yang terjadi malah meningkatkan arus urbanisasi dari dari desa ke kota dan memindahkan kemiskinan desa ke kota.
[sunting] Potensi daerah setempat
Teori pusat pertumbuhan lainnya juga dikenal “Potential Model”. Konsepnya adalah bahwa setiap daerah memiliki potensi untuk dikembangkan, baik alam maupun manusianya. Sumber daya seperti luas lahan yang terdapat di suatu daerah merupakan potensi untuk dikembangkan misalnya untuk pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, rekreasi atau wisata dan usaha-usaha lainnya.Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, maka corak pengembangan potensi daerah itupun berbeda-beda pula. Misalnya, suatu daerah yang awalnya dikembangkan sebagai daerah pertanian tentunya akan menunjukkan pola yang berbeda dengan suatu daerah yang dikembangkan sebagai daerah perindustrian atau lainnya.
[sunting] Konsep agropolitan
Konsep pusat pertumbuhan lainnya adalah yang diperkenalkan oleh Friedman (1975). Menurut konsep ini, perlunya mengusahakan pedesaan untuk lebih terbuka dalam pembangunan sehingga diharapkan terjadi beberapa “kota” di pedesaan atau di daerah pertanian (agropolis). Melalui pengembangan ini diharapkan penduduk di pedesaan mengalami peningkatan pendapatannya serta memperoleh berbagai fasilitas atau prasarana sosial ekonomi yang dapat dijangkau oleh penduduk pedesaan tersebut. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan yang sama pula dalam meningkatkan kesejahteraannya sebagaimana yang dialami oleh penduduk perkotaan. Hal tersebut sangat berdampak baik terutama dalam mencegah terjadinya migrasi atau urbanisasi yang besar-besaran ke kota yang sering membawa dampak negatif bagi pembangunan di kota. Perkembangan yang dialami setiap daerah tentunya sangat berbeda. Hal ini bergantung pada potensi daerah, lokasi, dan sarana transportasi, serta sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Untuk mengidentifikasi wilayah pertumbuhan didasarkan pada:
pertumbuhan ekonomi dengan cara melihat angka pertumbuhan ekonomi dari satu waktu ke waktu berikutnya;
laju pertumbuhan penduduk dengan cara melihat angka pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu;
perkembangan pemukiman dengan cara melihat perkembangan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu;
tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat perkembangan tingkat pendidikan dari waktu ke waktu;
penggunaan teknologi dengan cara melihat perkembangan kemampuan teknologi yang digunakan;
budaya masyarakat dengan cara melihat budaya yang berkembang dalam masyarakat.
Cara menentukan batas wilayah pertumbuhan tidak dapat dilakukan di lapangan tetapi harus dilakukan melalui analisis peta. Langkah - langkah menentukan batas-batas pertumbuhan wilayah ialah sebagai berikut.
Siapkan peta rupabumi atau peta topografi dengan skala yang sesuai dengan kebutuhan atau peta geografis berskala kecil.
Buat peta dasar yang hanya memuat simbol batas wilayah, sungai, jalan, nama tempat, dan lokasi pemukiman.
Tentukan kriteria pertumbuhan yang akan digunakan, apakah berdasarkan tingkat ekonomi, penduduk, pendidikan, atau budaya.
Tentukan lokasi/pusat pertumbuhan.
Analisis data seri yang tersedia, kemudian hitung angka pertumbuhannya.
Angka pertumbuhan yang diperoleh dari tiap-tiap lokasi/pusat pertumbuhan
kemudian digambar sesuai dengan besaran angka pertumbuhannya. Batas wilayah pertumbuhan tersebut dapat dibuat pada daerah yang sempit misalnya wilayah kecamatan atau wilayah kabupaten sampai pada wilayah yang lebih luas yaitu provinsi atau negara. Angka pertumbuhan yang dialami oleh suatu wilayah akan dijadikan dasar dalam penyusunan pengembangan wilayah pembangunan yang disusun dalam bentuk Rencana Tata Ruang (RTR).
[sunting] Materi lainnya mengenai Pusat Pertumbuhan
Hierarki Tempat Sentral
Pusat Pertumbuhan di Indonesia
Pembangunan dan Pengembangan Wilayah
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)
[sunting] Sumber Informasi
Data dan Informasi yang digunakan pada artikel ini berasal dari,
Geografi 3 – SMA Kelas XII (Samadi, S.Pd., M.Si). Jakarta: Quadra, 2007
Geografi SMA/MA 3 - Kelas XII Program IPS (Bagja Waluya). Jakarta: Pusat Perbukuan - Departemen Pendidikan Nasional, 2009
Geografi Untuk SMA/MA Kelas XII (Danang Endarto, Sarwono, Singgih Prihadi). Jakarta: Pusat Perbukuan - Departemen Pendidikan Nasional, 2009
Diperoleh dari "http://geografi.sekolahvirtual.or.id/index.php/Pusat_Pertumbuhan"